Jumat, 30 Januari 2009
PLANNING TEPAT UNTUK BANGUN RUMAH TINGGAL PRIBADI
Mewujudkan Rumah Impian dengan Planning Yang Tepat.
Masing-masing pribadi/keluarga pasti mempunyai keinginan untuk membangun rumahnya seperti apa yang diangankannya. Home Sweet Home, arti/maknanya sangat dalam bagi penghuninya, yang sulit diterjemahkan kedalam kata-kata juga kedalam bahasa Indonesia.
Memang untuk mewujudkannya, diperlukan kesadaran dari masing-masing, tentang apa yang diinginkannya, dan seberapa tingkat kemampuannya.
Seringkali kita dikecewakan oleh kenyataan bahwa rumah yang kita bangun tidak sesuai dengan angan-angan atau impian kita. Bahkan yang lebih parah lagi, rumah pada akhirnya menjadi berkesan TAMBAL SULAM.
Ada beberapa kondisi yang menyebabkan hal tersebut biasa terjadi.
1. Antara impian dan kemampuan (biaya yang tersedia) tidak sinkron.
Kondisi ini terjadi apabila angan-angan/impian tentang rumahnya sangat tinggi(muluk2), sementara biaya untuk membangun rumah tersebut tidak mencukupi.
2. Pada waktu membangun rumah tersebut dilakukan terburu-buru. Sehingga tidak dibuat perencanaan yang matang sebelumnya.
3. Mempercayakan/Menyerahkan pembangunan rumah tersebut sepenuhnya kepada orang lain. Baik dari segi disain hingga pelaksanaannya.
Agar impian tentang rumah tinggal kita dapat terwujud, atau paling tidak meminimalisasi kekecewaan kita, maka 3 (tiga) kondisi diatas, dapat disiasati , dengan cara yang tepat, yakni dibuatnya rencana atau planning yang matang sebelum pembangunan dilaksanakan.
Planning harus dilakukan secara integrated (menyeluruh). Melibatkan semua pihak yang terkait, terutama calon penghuninya, konsultan bangunan dan pelaksana (baik pribadi atau pihak lain).
Dari 3 kondisi seperti tersebut diatas, masing-masing diperlukan perencanaan/pelaksanaan yang berbeda.
Untuk kondisi nomor 1, dapat diatasi dengan dengan cara :
Menerapkan perencanaan Rumah Tumbuh. Perencanaan tetap dilakukan secara menyeluruh, tetapi didalam pelaksanaan dapat dilakukan secara bertahap, disesuaikan dengan kemampuan (biaya) yang tersedia dari pemiliknya.
Dalam perencanaan antara lain, perlu dibuat prioritas ruang, berdasar tingkat kebutuhan dari penghuninya, sehingga aktifitas penghuni tetap dapat berjalan dengan normal, pada saat terjadinya tahap pelaksanaan dilakukan. Misalnya dengan membangun rumah inti terlebih dahulu, baru dilanjutkan tahap demi tahap pembangunan ruang-ruang yang lain yang direncanakan secara integrated.
Untuk membuat perencanaan ini, pemilik dapat meminta pertolongan Konsultan Bangunan yang sifatnya sosial (sejenis LBH kalau didalam Hukum).Ini biasa didapati pada Biro-biro Konsultan Bangunan yang ada di surat kabar, majalah dll. Didalam perencanaan ini, tentunya Pemilik harus terbuka terhadap konsultan, tentang segala hal, termasuk biaya yang dimiliki, style yang diingankan, budaya/kebiasaan penghuni/keluarga dlsb. Yang sangat penting dilakukan disini adalah selain disain, tentunya perhitungan biaya. Biaya dihitung berdasarkan tahapan pembangunan, harga material, tenaga yang disesuaikan dengan kondisi saat itu (saat pelaksanaan) dan pridiksinya untuk tahapan-tahapan yad, disesuaikan dengan kapan tahapan pembangunan akan dilakukan. Untuk kondsi nomor 1 ini, masalah biaya perlu perhatian khusus/diprioritaskan .
Untuk kondisi nomor 2, dapat dilakukan dengan melibatkan tenaga ahli dalam hal ini perencana bangunan/Arsitek yang sudah mumpuni, untuk membuatkan disain dan rencana anggaran biayanya dalam waktu yang relatip cepat. Namun demikian peran pemilik bangunan tetap dibutuhkan untuk memberikan masukan-masukan kepada perencana, dan melihat hasil akhir perencanaan.
Untuk kondisi . nomor 3, tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan pada kondisi nomor 2.
Sedapat mungkin harus dihindari mempercayakan sepenuhnya kepada pihak 2. Kontrol dari kita harus tetap dilakukan. Luangkan waktu untuk melakukan paling tidak pengawasan berkala, agar bila terjadi sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan kita, bisa langsung dicarikan penyelesaian yang tidak membuat kita kecewa.
Uniek PW, Ir, MPM.jan.03
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
Apakah kalau dibangun rumah-rumah baru, kemudian harus diikuti perbaikan akses jalan yang berupa pengaspalan atau corn-block? Sungguh saya menyayangkan ini, karena di luar negeri banyak jalan desa yang tidak boleh diperkeras, tidak semau-maunya seperti disini. Ingat bumi kita juga masih butuh paru2 dan space buat penyerapan air.
Benar....di Belanda juga rata-rata gunakan paving berlubang, untuk mengembalikan air terserap kebumi.
Kampus UGM juga sudah terapkan ini...
Cuma paving berlubang ditengah kurang nyaman untuk dijalani, khususnya ibu-ibu dengan hak runcing dan tinggi. Selain itu juga kurang NYAMAN untuk ban mobil...
Posting Komentar